Jumat, 29 Januari 2021 13:22 WIB
Jumat, 29 Januari 2021 13:21 WIB
Kompetensi Dasar
4.4. Memahami tentang hubungan Gereja dengan dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
4.5. Menghayati hubungan Gereja dengan dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
Indikator
Tujuan
Bahan Kajian
a. Langkah Pertama: Menggali Permasalahan-Permasalahan yang Sedang Dihadapi Dunia Saat Ini.
Bacalah Teks Berikut ini.
Tuduhan bahwa rezim Suriah menggunakan senjata kimia pada 21 Agustus 2013 merupakan dalih Barat untuk menyerang negara. Demikian pernyataan Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei, Kamis, 5 September 2013. Iran, sekutu utama Suriah di kawasan Timur Tengah, memperingatkan kekuatan Barat atas niatnya berperang melawan negara yang sedang dilanda perang saudara itu. Menurut Khameini, Washington dan sekutunya “menggunakan dugaan serangan senjata kimia sebagai dalih.” Dia menambahkan, “(Benarkah) mereka ingin berperang dengan alasan kemanusiaan?”
“Amerika Serikat salah mengenai Suriah. Mereka (Amerika Serikat) akan menderita seperti yang terjadi di Irak dan Afganistan,” ujar Khamenei kepada anggota Dewan Pakar, lembaga yang mengawasi kinerjanya. Secara terpisah, Kepala Unit Pasukan Elite Iran Quds, Qassem Soleimani, mengatakan Teheran akan mendukung Suriah sampai kapan pun guna menghadapi kemungkinan intervensi Amerika. Para pengamat yakin melebarnya keinginan Presiden Barack Obama dalam melancarkan serangan sesungguhnya diniatkan untuk menumpulkan pengaruh Teheran dan menimbulkan konsekuensi terhadap sekutu Amerika, Israel.”Tujuan Amerika Serikat bukanlah untuk melindungi hak asasi manusia, tetapi ingin menghancurkan musuh Israel,” kata Komandan Pasukan Quds sebagaimana dikutip media Iran, Kamis, 5 September 2013.”Kami akan mendukung Suriah hingga akhir hayat,” Soleiman menambahkan dalam pidatonya di depan Dewan Pakar”.(Al Jazeera | Choirul)
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/06/115511033
• setelah membaca teks tersebut diatas coba Anda menjawab beberapa pertanyan di lembaran kertas kerja kalian
Kesimpulan
Berikut ini faktor penyebab terjadinya pemanasan global yang merupakan Penyebab permasalahan didunia:
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan.
Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
• Gas Metana dari Peternakan dan Pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Gas metana dapat berasal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum kita.
Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin faktor penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi ilmuwan.
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifikan akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi tanaman pangan.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nature, pada tahun 2050 mendatang, peningkatan suhu dapat menyebabkan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak termasuk di dalamnya spesies manusia.
2. Langkah Kedua: Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Keadilan, Perdamaian dan Lingkungan Alam.
Jawablah Pertanyaan berikut ini:
“Karena saling ketergantungan itu semakin meningkat dan lambat-laun meluas ke seluruh dunia, maka kesejahteraan umum sekarang ini juga semakin bersifat universal, dan oleh karena itu mencakup hak-hak maupun kewajiban-kewajiban, yang menyangkut seluruh umat manusia. Yang dimaksudkan dengan kesejahteraan umum ialah: keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri. Setiap kelompok harus memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan serta aspirasi-aspirasi kelompok-kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan umum segenap keluarga manusia.Tetapi sertamerta berkembanglah kesadaran dan unggulnya martabat pribadi manusia, karena melampaui segala sesuatu, lagi pula hak-hak maupun kewajiban-kewajibannya bersifat universal dan tidak dapat diganggu-gugat. Maka sudah seharusnyalah, bahwa bagi manusia disediakan segala sesuatu, yang dibutuhkannya untuk hidup secara sungguh manusiawi, misalnya nafkah, pakaian, perumahan, hak untuk dengan bebas memilih status hidupnya dan untuk membentuk keluarga, hak atas pendidikan, pekerjaan, nama baik, kehormatan, informasi yang semestinya, hak untuk bertindak menurut norma hati nuraninya yang benar, hak atas perlindungan hidup perorangan, dan atas kebebasan yang wajar, juga perihal agama. Jadi tata-masyarakat serta kemajuannya harus tiada hentinya menunjang kesejahteraan pribadi-pribadi; sebab penataan hal-hal harus dibawahkan kepada tingkatan pribadi-pribadi, dan jangan sebaliknya menurut yang diisyaratkan oleh Tuhan sendiri ketika bersabda bahwa hari Sabbat itu ditetapkan demi manusia, dan bukan manusia demi hari Sabbat. Tata dunia itu harus semakin dikembangkan, didasarkan pada kebenaran, dibangun dalam keadilan, dihidupkan dengan cinta kasih, harus menemukan keseimbangannya yang semakin manusiawi dalam kebebasan. Supaya itu semua terwujudkan perlulah diadakan pembaharuan mentalitas dan peubahan-perubahan sosial secara besar-besaran.
Roh Allah, yang dengan penyelenggaraan-Nya yang mengagumkan mengarahkan peredaran zaman dan membaharui muka bumi, hadir ditengah perkembangan itu. Adapun ragi Injil telah dan masih membangkitkan dalam hati manusia tuntutan tak terkendali akan martabatnya”. (GS.art. 26)
• Jawablah pertanyaan berikut ini
“Pemanasan global tidak pandang agama.” Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta Pr berbicara dalam Misa di Gua Maria Sendang Jati Penadaran, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, yang dirayakan dalam rangka penanaman bibit untuk penghijauan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang.
Menurut Mgr Pujasumarta, pemanasan global tidak pandang wilayah dan tidak pandang bulu. “Semuanya kalau terkena pemanasan global akan hancur. Apakah kita masih bisa menahan pemanasan global itu dengan cara-cara yang sederhana?” tanya Uskup Agung.
Menurut Mgr Pujasumarta, kalau menanam sekarang, masih ada harapan bahwa suatu ketika yang ditanam itu akan tumbuh dan berkembang menghasilkan buahbuah yang baik. “Tapi kalau kita tidak menanam, kita tidak akan bisa mengharapkan apa-apa,” tegas uskup agung seraya menambahkan bahwa yang sekarang mencintai benih memiliki masa depan.
Penanaman bibit yang dilakukan di sekitar Gua Maria Sendang Jati Penadaran tanggal 16 Agustus 2013 itu, menurut Mgr Pujasumarta, “meskipun sederhana merupakan ungkapan kita untuk mencintai bumi ini, supaya bumi ini juga memiliki masa depan.”
Nasib bumi, lanjut Mgr. Pujasumarta, tergantung dari apa yang dibuat sekarang. “Keadaan bumi itu juga akan menentukan nasib manusia. Kalau bumi hancur, ruangruang hancur, ruang-ruang kediaman manusia hancur, manusia sendiri juga akan hancur,” kata Uskup Agung di hadapan para mahasiswa, pengajar dan masyarakat Katolik Penadaran.
Juga diingatkan bahwa lingkungan menjadi rusak karena orang ingin menghabiskan segala-galanya. “Orang ingin makan segala-galanya. Kalau boleh dikatakan, orang ingin menjadi serigala bagi yang lain. Bukan menjadi keselamatan bagi yang lain,” kata Mgr Pujasumarta seraya mengajak umat untuk merawat bumi dan melestarikan keutuhan ciptaan untuk kesejahteraan bersama.
Mgr Pujasumarta mengajak umat bekerja sama dengan jemaat lebih luas dan masyarakat dari berbagai latar belakang, karena Tuhan menghendaki supaya kita menjadi penjaga satu sama lain. “Saya berharap agar umat Paroki Grobogan menjadi penjaga satu sama lain. Hidup rukun bersama dengan masyarakat sekitar. Siapa yang menjadi penjaga-penjaga yang paling utama bagi rumah kita? Bukan orang jauh dari kita tetapi tetangga-tetangga kita.”
Rektor Unika Soegijapranata Profesor Yohanes Budi Widianarko mengatakan, di kawasan yang terkesan gersang itu ia menemukan suaka alam yang indah berkat kerja sama semua pihak dan niat baik untuk melestarikan alam.“Salah satu fokus dari Unika Soegijapranata adalah permukiman berkelanjutan, permukiman yang ramah lingkungan. Dengan tanpa ragu-ragu, kami mengirim mahasiswa kami untuk dititipkan kepada warga di sini supaya mereka belajar,” kata Profesor Budi seraya meminta mahasiswa belajar dari warga masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.*** (PEN@ Indonesia)
Kesimpulam
Tugas Ketrampilan
Kompetensi Dasar
3.3. Memahami tentang hubungan Gereja dengan Dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
1.5. Menghayati hubungan Gereja dengan Dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
Indikator
Tujuan
Latar Belakang
Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, Art.1 antara lain berkata: “Kegembiraan dan harapan, duka, dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka, dan kecemasan murid-murid Kristus pula”. Kata-kata Konsili ini menunjukkan perhatian dan keprihatinan Gereja terhadap dunia. Namun, Gereja tidak berhenti pada perhatian dan keprihatinan saja. Gereja sungguh-sungguh mewartakan dan memberi kesaksian tentang “Kabar Gembira” kepada dunia, sambil belajar dan mengambil banyak nilainilai positif yang dimiliki dunia untuk perkembangan diri dan pewartaannya. Gereja kini telah memiliki pandangan tentang dunia yang jauh lebih positif dari zamanzaman yang lampau, sehingga hubungan antara keduanya menjadi lebih saling menguntungkan. Jadi, hubungan antara Gereja dan dunia memiliki pandanganpandangan baru yang perlu dipahami.
Gaudium et Spes sebagai sebuah tanggapan yang sarat makna dari pihak Gereja terhadap berbagai harapan dan kerinduan dunia dewasa ini. Dalam konstitusi ini, “selaras dengan pembaruan gerejawi, direfleksikan sebuah gagasan baru tentang bagaimana menjadi sebuah persekutuan kaum beriman dan umat Allah. Konstitusi tersebut membangkitkan minat baru berkenaan dengan doktrin yang termuat dalam dokumen-dokumen terdahulu tentang kesaksian dan kehidupan orang-orang Kristen sebagai caracara yang sejati menjadikan kehadiran Allah di dunia ini kasatmata.” Gaudium et Spes menampilkan wajah Gereja yang “mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”, yang menempuh perjalanan bersama dengan seluruh umat manusia dan bersama dengan dunia mengalami nasib keduniaan yang sama, namun pada saat yang sama “hadir ibarat ragi dan bagaikan penjiwa masyarakat manusia yang harus dibarui dalam Kristus dan diubah menjadi keluarga Allah”.
Melalui pembelajaran ini para peserta didik memahami apa dan bagaimana sesungguhnya hubungan Gereja dan dunia, terutama pasca Konsili Vatikan II. Dengan memahami esensi hubungan tersebut peserta didik sebagai anggota Gereja dapat turut serta membangun dunia dengan semangat Kristus yang adalah Kepala Gereja.
a. Langkah Pertama: Mendalami makna hubungan Gereja dan dunia
Maka, sesudah menjajagi misteri Gereja secara lebih mendalam, Konsili Vatikan Kedua tanpa ragu-ragu mengarahkan amanatnya bukan lagi hanya kepada puteraputera Gereja dan sekalian orang yang menyerukan nama Kristus, melainkan kepada semua orang. Kepada mereka semua Konsili bermaksud menguraikan, bagaimana memandang kehadiran serta kegiatan Gereja di masa kini. Jadi Konsili mau menghadapi dunia manusia, dengan kata lain segenap keluarga manusia beserta kenyataan semesta yang menjadi lingkungan hidupnya; dunia yang mementaskan sejarah umat manusia, dan ditandai oleh jerih-payahnya, kekalahan serta kejayaannya; dunia, yang menurut iman umat kristiani diciptakan dan dilestarikan oleh cinta kasih Sang Pencipta; dunia, yang memang berada dalam perbudakan dosa, tetapi telah dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si Jahat dihancurkan, supaya menurut rencana Allah mengalami perombakan dan mencapai kepenuhannya.
Gaudium et Spes artikel 3
Adapun zaman sekarang umat manusia terpukau oleh rasa kagum akan penemuanpenemuan serta kekuasaannya sendiri. Tetapi sering pula manusia dengan gelisah bertanya-tanya tentang perkembangan dunia dewasa ini, tentang tempat dan tugasnya di alam semesta, tentang makna jerih-payahnya perorangan maupun usahanya bersama, akhirnya tentang tujuan terakhir segala sesuatu dan manusia sendiri. Oleh karena itu Konsili menyampaikan kesaksian dan penjelasan tentang iman segenap Umat Allah yang dihimpun oleh Kristus. Konsili tidak dapat menunjukkan secara lebih jelas-mengena kesetiakawanan, penghargaan serta cinta kasih umat itu terhadap seluruh keluarga manusia yang mencakupnya, dari pada dengan menjalin temu wicara dengannya tentang pelbagai masalah itu. Konsili menerangi soal-soal itu dengan cahaya Injil, serta menyediakan bagi bangsa manusia daya-kekuatan pembawa keselamatan, yang oleh gereja, dibawah bimbingan Roh Kudus, diterima dari pendirinya. Sebab memang pribadi manusia harus diselamatkan, dan masyarakatnya diperbarui. Maka manusia, ditinjau dalam kesatuan dan keutuhannya, beserta jiwa maupun raganya, dengan hati serta nuraninya, dengan budi dan kehendaknya, akan merupakan poros seluruh uraian kami.
Maka Konsili suci mengakui, bahwa amat luhurlah panggilan manusia, dan menyatakan bahwa suatu benih ilahi telah ditanam dalam dirinya. Konsili menawarkan kepada umat manusia kerja sama Gereja yang tulus, untuk membangun persaudaraan semua orang, yang menanggapi panggilan itu. Gereja tidak sedikit pun tergerak oleh ambisi duniawi; melainkan hanya satu maksudnya: yakni, dengan bimbingan Roh Penghibur melangsungkan karya Kristus sendiri, yang datang ke dunia untuk memberi kesaksian akan kebenaran; untuk menyelamatkan, bukan untuk mengadili; untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Konsili Vatikan II sungguh telah memperbarui Gereja dan hubungannya dengan dunia. Hubungan yang menjadi lebih baik ini disebabkan karena Gereja mulai memiliki pandangan baru tentang dunia dan manusia. Mungkin ada baiknya kita melihat pandangan-pandangan baru tentang dunia dan manusia, kemudian kita melihat hubungan antara Gereja dan dunia serta alasan-alasan mengapa harus terjalin hubungan yang saling mengisi antara keduanya.
Pada masa lampau dunia sering kali dipandang negative sebagai dunia berdosa sehingga terdapat gagasan bahwa dunia tidak berharga, berbahaya, jahat, dan tidak termasuk lingkup keselamatan manusia, bahkan merupakan halangan dan rintangan bagi manusia untuk mencapai keselamatannya. Pandangan demikian didasari oleh penafsiran secara dangkal terhadap teks Kitab Suci, misalnya:“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua orang yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1Yoh 2: 15-16). “ Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada dibawah kuasa si jahat” (1 Yoh 5: 19). “Janganlah menjadi serupa dengan dunia” (Rm 12: 2). Dalam Injil ataupun dalam surat-surat juga ditekankan bahwa dunia berdosa, dunia yang bermusuhan dengan Allah telah dikalahkan oleh Kristus (bdk. Yoh 16: 33). Berkat salib Kristus, seorang Kristen hidup dalam dunia yang baru. Dunia yang terletak dalam genggaman si jahat telah dikalahkan oleh Kristus seperti dikatakan Paulus: “Karena salib Kristus, bagiku dunia disalibkan dan Aku pun di salibkan bagi dunia (Gal 6: 14).
• Konsili Vatikan II mengajak kita untuk melihat dunia secara lebih positif.
Dunia dilihat sebagai seluruh keluarga manusia dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dunia menjadi pentas berlangsungnya sejarah umat manusia. Dunia ditandai oleh usaha-usaha manusia, dengan segala kekalahan dan kemenangannya. Dunia diciptakan dan dipelihara oleh cinta kasih Tuhan Pencipta. Dunia yang pernah jatuh menjadi budak dosa, kini telah dimerdekakan oleh Kristus yang telah disalibkan dan bangkit pula, untuk menghancurkan kekuasaan setan agar dunia dapat disusun kembali sesuai dengan rencana Allah dan dapat mencapai kesempurnaan (G.S. 2).
Manusia adalah ciptaan yang memiliki akal budi, kehendak bebas dan hati nurani. Ketiga-tiganya menunjukkan bahwa manusia adalah sebagai citra Allah, walaupun dapat disalahgunakan sehingga jatuh kedalam dosa. Manusia sungguh ciptaan yang istimewa, karena ia di ciptakan demi dirinya sendiri, padahal makhluk lain diciptakan hanya untuk manusia.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang bermasyarakat. Allah, yang memelihara segala sesuatu sebagai Bapa, menghendaki agar semua manusia membentuk satu keluarga dan memperlakukan seorang akan yang lain dengan jiwa persaudaraan (G.S. 24). Kristus sendiri berdoa agar “semua menjadi satu………seperti kitapun satu adanya” (Yakobus 17: 21-22).
Perkembangan dunia disegala bidang memang dikehendaki Tuhan dan manusia dipilih untuk menjadi “rekan kerja” Tuhan dalam melaksanakan kebaikan dunia.
Menyangkut hubungan antara Gereja dan dunia dapat diangkat dalam tiga hal berikut ini:
b. Langkah Kedua: Mendalami Misi Gereja terhadap Dunia
Manusia dewasa ini berada di jalan menuju pengembangan kepribadiannya yang lebih penuh dan menuju penemuan serta penebusan hak-haknya yang makin hari makin bertambah. Untuk itu Gereja dapat berperan antara lain:
Terhadap masyarakat manusia Gereja dapat berperan antara lain:
Kompetensi Dasar
3.5. Memahami tentang hubungan Gereja dengan Dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
4.5. Menghayati hubungan Gereja dengan Dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
Indikator
Tujuan
Latar Belakang
Acapkali muncul pertanyaan seputar sikap Gereja menghadapi keadaan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik dalam hidup sehari-hari. Bagaimanakah Gereja menyikapi umat yang hidup melarat, tak cukup makan dan minum, tak bisa bayar uang obat, tak bisa mengecap pendidikan dasar. Apakah Gereja hanya meminta mereka untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya Dia menolong untuk menghadapi masalah-masalah yang sedang dihadapi? Atau, apakah disamping memohon kepada Tuhan dengan tekun, Gereja juga mengambil sejumlah tindakan nyata untuk mengeluarkan mereka dari kungkungan sosial yang menyengsarakan, menyakitkan dan menekan lahir dan batin?
Jika diamati dengan seksama, penampilan Gereja Indonesia ternyata masih lebih berpenampilan ibadat daripada penampilan gerakan sosial. Bahkan dikatakan bahwa wajah Gereja Indonesia adalah berwajah pesta yang tampak dalam perayaan-perayaan kultis-liturgisnya. Seandainya ada penampilan sosial, hal itu tidak merupakan penampilan utama. Penampilan sosial yang ada sampai sekarang merupakan penampilan sosial karitatif, seperti membantu yang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, dan sebagainya. Demikian juga, mereka yang datang ke gereja adalah orang-orang yang telah menjadi puas bila dipenuhi kebutuhan pribadinya dengan kegiatan ibadat atau sudah cukup senang dengan memberi dana sejumlah uang bagi mereka yang sengsara. Namun, mencari sebab-sebab mengapa ada pengemis, mengapa ada pengangguran belum dianggap sebagai hal yang berhubungan dengan iman. Padahal, kita tahu ajaran sosial Gereja lebih mengundang kita untuk tidak merasa kasihan kepada para korban, tetapi mencari sebab-sebab mengapa terjadi korban dan mencari siapa penyebabnya. Mungkin saja bahwa penyebabnya adalah orang-orang yang mengaku beriman Katolik itu sendiri.
Ajaran sosial Gereja yang dikembangkan sejak abad XIX merupakan bagian integral dari seluruh pandangan hidup Kristiani. Ensiklik Rerum Novarum (1891) mengembangkan ajaran sosial klasik yang berkisar pada masalah-masalah keadilan untuk kaum buruh upahan. Selanjutnya sejak Ensiklik Mater et Magistra (1961), Gaudium et Spes (1965), dan Populorum Progressio (1971) dimunculkan tekanan baru pada segi pastoral dan praksis, dimensi internasional dan masalah hakhak asasi manusia. Masalah konkret yang sangat mendesak adalah negara yang sedang berkembang, ledakan penduduk, nilai kerja manusia, diskriminasi rasial, otonomi bidang duniawi dari agama, keahlian profesional. Pada tahap kedua ini, Gereja berjuang untuk membela martabat setiap pribadi manusia dan membangun masyarakat yang manusiawi. Ajaran sosial Gereja sering terkesan sebagai pedoman yang kaku. Terdorong dan diterangi iman dicari jawaban atas masalah-masalah baru. Ajaran sosial Gereja berkembang, walaupun prinsip-prinsip dasarnya sama. Bila keputusan dan tindakan politik tidak adil, Gereja harus bicara. Ajaran sosial Gereja menolak pandangan yang salah tentang masyarakat, yaitu ajaran kapitalisme liberal dan komunisme total. Ajaran sosial Gereja memusatkan perhatian pada penekanan nilai-nilai dasar kehidupan bersama. Titik tolaknya adalah pengertian manusia sebagai makhluk berpribadi dan sekaligus makhluk sosial. Di satu pihak, manusia membutuhkan masyarakat dan hanya dapat berkembang di dalamnya. Di lain pihak, masyarakat yang sungguh manusiawi mustahil terwujud tanpa individuindividu yang berkepribadian kuat, baik, dan penuh tanggung jawab. Masyarakat sehat dicirikan oleh adanya pengakuan terhadap martabat pribadi manusia, kesejahteraan bersama, solidaritas.
Melalui pembelajaran ini peserta didik dibimbing untuk memahami Ajaran Sosial Gereja dan mampu menghayati dan mengamalkan dalam hidupnya di tengah masyarakat.
a. Langkah Pertama: Mendalami Keprihatinan Sosial Kaum Pekerja di Sekitar Kita
TANGERANG, KOMPAS.com — Dugaan praktik perbudakan dan penyiksaan terhadap puluhan buruh industri pengolahan limbah menjadi perangkat aluminium, di Kampung Bayur Opak RT 03 RW 06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang, mengejutkan. Saat membebaskan penyekapan sekitar 30 buruh pabrik yang memproduksi wajan itu, polisi mendapati sejumlah temuan yang mengejutkan, di antaranya, ada empat buruh yang masih berumur di bawah 17 tahun. Petugas Polda Metro Jaya bersama aparat Polresta Tangerang melakukan penggerebekan di lokasi pada Jumat (3/5/2013) malam. Temuan lainnya, para buruh hanya disediakan tempat istirahat berupa ruang tertutup sekitar 8 m x 6 m, tanpa ranjang tidur, hanya alas tikar, kondisi pengap, lembab, gelap, kamar mandi jorok, dan tidak terawat.
Para buruh yang rata-rata berasal dari Jawa Barat dan Lampung itu juga tak menerima gaji seperti yang dijanjikan, yaitu Rp 600.000 per bulan, termasuk yang sudah bekerja lebih dari dua bulan. Telepon genggam, dompet, uang, dan pakaian yang dibawa buruh ketika pertama kali datang bekerja di tempat itu disita lalu disimpan pemilik pabrik, JK dan isterinya, tanpa argumentasi yang jelas. Saat dibebaskan, ada enam buruh yang disekap dengan kondisi dikunci dari luar. Pakaian yang digunakan buruh cenderung kumal karena tidak diganti berbulan-bulan, robek, dan jorok. Kondisi fisik mereka juga tak terawat, dengan rambut coklat, kelopak mata gelap, berpenyakit kulit kurap atau gatal-gatal, dan tampak tidak sehat. Para buruh ini juga diduga diperlakukan kasar dan tidak manusiawi. Hak-hak terkait kesehatan dan berkomunikasi tidak diberikan oleh pemilik usaha.
Terbongkar
Sebelumnya, kepolisian bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) membebaskan penyekapan sekitar 30 buruh pabrik wajan di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak, Tangerang, Banten, Jumat (3/5/2013) sore. Aktivis Kontras, Syamsul Munir, menjelaskan, awalnya pihaknya menerima pengaduan dari dua orang buruh yang berhasil kabur dari pabrik, yakni Andi (19) dan Junaedi (20). Saat itu, keduanya mengaku diperlakukan tak manusiawi oleh pemilik pabrik. Mereka harus bekerja dari pukul 06.00 WIB sampai tengah malam dengan hanya diberi dua kali makan. Bahkan, mereka tak diberi gaji.
“Kamar mandi cuma satu, tidur berdesakan, sampai tidak bisa selonjoran. Kalau sakit dipukul sama centeng-centeng, disuruh kerja lagi. Karena enggak kuat, mereka kabur tanpa bawa apa-apa. Dompet sama ponsel dirampas waktu awal masuk,” kata Munir melalui telepon seusai ikut dalam pembebasan para pekerja.
Dari aduan itu, tambah Munir, pihaknya lalu berkoordinasi dengan Komnas HAM, Mabes Polri, dan Polda Metro Jaya. Mereka lalu mendatangi lokasi, ditambah anggota kepolisian setempat. (http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/04/10352561/Perbudakan.di.Tangerang.Empat.Buruh. di.Bawah.17.Tahun)
Jawablah pertanyaan berikut ini
b. Langkah kedua: Mendalami Ajaran Sosial Gereja
Rerum Novarum (Hal-hal baru) Ensiklik Paus Leo XIII |
|
Tahun |
1891- |
|
RN (Rerum Novarum) merupakan Ensiklik pertama ajaran sosial Gereja. Menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu saja juga nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama hidup bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas. Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat keadilan dalam upah dan perlakuan. Ensiklik RN merupakan ensiklik pertama yang menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial secara sistematis dan dalam jalan pikiran yang berangkat dari prinsip keadilan universal. Dalam RN hak-hak buruh dibahas dan dibela. Pokok-pokok pemikiran RN menampilkan tanggapan Gereja atas isu-isu keadilan dan pembelaan atas martabat manusia (kaum buruh). |
Tema- Tema Pokok |
Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis); konsep keadilan dalam konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan antara yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan komunisme); soal pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam membangun keadilan sosial. |
Konteks Zaman |
Revolusi industri; kemiskinan yang hebat pada kaum pekerja/ buruh; tiadanya perlindungan pekerja oleh otoritas publik dan pemilik modal; jurang kaya miskin yang luar biasa. |
Quadragesimo Anno (tahun keempat puluh) Ensiklik Paus Pius XI |
|
Tahun |
1931– |
|
QA (Quadragesimo Anno) memiliki judul maksud “Rekonstruksi Tatanan Sosial.” Nama Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk memperingati Ensiklik Rerum Novarum. Tetapi pada zaman ini memang ada kebutuhan sangat hebat untuk menata kehidupan sosial bangsa manusia. Diperkenalkan dan ditekankan terminologi yang sangat penting dalam Ajaran Sosial Gereja, yaitu “subsidiaritas” (maksudnya, apa yang bisa dikerjakan oleh tingkat bawah, otoritas di atasnya tidak perlu ikut campur). Dalam banyak hal QA masih melanjutkan RN mengenai soal-soal “dialog”-nya dengan perkembangan masyarakat. Menolak solusi komunisme yang menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang akan menghancurkan dirinya sendiri |
TemaTema Pokok |
QA bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi zaman itu; membeberkan akar-akar kekacauannya sekaligus menawarkan solusi pembenahan tata sosial hidup bersama, sambil mengenang Ensklik RN; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang adil; upah adil; prinsip-prinsip pemulihan ekonomi dan tatanan sosial; pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam mengatasi kemiskinan struktural. |
Konteks Zaman |
Depresi ekonomi sangat hebat terjadi tahun 1929 menggoyang dunia. Di Eropa bermunculan diktator, kebalikannya demokrasi merosot di mana-mana. |
Mater Et Magistra (Ibu dan Pengajaran) Ensiklik Yohanes XXIII |
|
Tahun |
1961– |
|
Masalah-masalah sosial yang diprihatini oleh Ensiklik ini khas pada zaman ini. Soal jurang kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar urusan pengusaha dan pekerja, atau pemilik modal dan kaum buruh, melainkan sudah menyentuh masalah internasional. Untuk pertama kalinya isu “internasional” dalam hal keadilan menjadi tema ajaran sosial Gereja. Ada jurang sangat hebat antara negara-negara kaya dan |
|
negara-negara miskin. Kemiskinan di Asia, Afrika, dan Latin Amerika adalah produk dari sistem tata dunia yang tidak adil. Di lain pihak, persoalan menjadi makin rumit menyusul perlombaan senjata nuklir, persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya ideologi-ideologi. Dalam Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge, and act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil. |
TemaTema Pokok |
QA bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi zaman itu; membeberkan akar-akar kekacau-annya sekaligus menawarkan solusi pembenahan tata sosial hidup bersama, sambil mengenang Ensklik RN; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang adil; upah adil; prinsip-prinsip pemulihan ekonomi dan tatanan sosial; pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam mengatasi kemiskinan struktural. |
Konteks Zaman |
Depresi ekonomi sangat hebat terjadi tahun 1929 menggoyang dunia. Di Eropa bermunculan diktator, kebalikannya demokrasi merosot di mana-mana. |
Pacem in Terris (Damai di Bumi) Ensiklik Paus Yohanes XIII |
|
Tahun |
1963– |
|
Pacem in Terris menggagas perdamaian, yang menjadi isu sentral pada dekade enam puluhan. Bilamana terjadi perdamaian? Bila ada rincian tatanan yang adil dengan mengedepankan hak-hak manusiawi dan keluhuran martabatnya. Yang dimaksudkan dengan tatanan hidup ialah tatanan relasi (1) antarmasyarakat, (2) antara masyarakat dan negara, (3) antarnegara, (4) antara masyarakat dan negara-negara dalam level komunitas dunia. Ensiklik menyerukan dihentikannya perang dan perlombaan senjata serta pentingnya memperkokoh hubungan internasional lewat lembaga yang sudah dibentuk: PBB. Ensiklik ini memiliki muatan ajaran yang ditunjukkan tidak hanya bagi kalangan Gereja Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya. |
TemaTema Pokok |
Tata dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara, struktur negara (bagaimana diatur), hak-hak warganegara; hubungan internasional antarbangsa; seruan agar dihentikannya perlombaan senjata; soal “Cold War” (perang dingin) oleh produksi senjata nuklir; komitmen Gereja terhadap perdamaian dunia. Penekanan pondasi uraian pada gagasan hukum kodrat. |
Konteks Zaman |
Perang dingin antara Barat dan Blok Timur, pendirian Tembok Berlin yang memisahkan antara Jerman Barat dan Timur simbol pemisahan bangsa manusia (Agustus 1961), soal krisis Misile Cuba (1962) |
Gaudium Et Spes (Kegembiraan dan Harapan) Dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II |
|
Tahun |
1965- |
|
Katolik secara menyeluruh. GS (Gaudium et Spes) menaruh keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan manusia modern. Soal-soal yang disentuh oleh GS dengan demikian berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern. Di lain pihak tetap diangkat ke permukaan soal jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin. Relasi antara Gereja dan sejarah perkembangan manusia di dunia modern dibahas dalam suatu cara yang lebih gamblang, menyentuh nilai perkawinan, keluarga, dan tata hidup masyarakat pada umumnya. Judul dokumen ini mengatakan suatu “perubahan eksternal” dari kebijakan hidup Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusiamanusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal Joseph Suenens (dari Belgia) berkata bahwa pembaharuan Konsili Vatikan II tidak hanya mencakup bidang liturgis saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia modern secara kurang lebih menyeluruh. GS membuka cakrawala baru dengan mengajukan perlunya “membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times). |
TemaTema Pokok |
Penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam tata hidup masyarakat zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia; beberapa masalah mendesak, seperti perkawinan, keluarga; cinta kasih suami isteri; kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman; pendidikan kristiani; kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan terakhirnya; harta benda diperuntukkan bagi semua orang; perdamaian dan persekutuan bangsa-bangsa; pencegahan perang; kerjasama internasional. |
Konteks Zaman |
Perang dingin masih tetap berlangsung. Di lain pihak, negara-negara baru “bermunculan” (beroleh kemerdekaan) |
Populorum Progressio (Kemajuan Bangsa-Bangsa) Ensiklik Paus Paulus VI |
||||
Tahun |
1967- |
|||
|
Perkembangan bangsa-bangsa merupakan tema pokok perhatian dari Ensiklik Ajaran Sosial. Gereja memandang bahwa kemajuan bangsa manusia tidak hanya dalam kaitannya dengan perkaraperkara ekonomi atau teknologi, tetapi juga budaya (kultur). Kemajuan bangsa manusia masih tetap dan bahkan memiliki imbas pemiskinan pada sebagian besar bangsa-bangsa. Isu marginalisasi kaum miskin mendapat tekanan dalam dokumen ini. Revolusi di berbagai tempat di belahan dunia kerap kali tidak membawa bangsa manusia kepada kondisi yang lebih baik, malah kebalikannya, kepada situasi yang sangat runyam. Kekayaan dari sebagian negara-negara maju harus dibagi untuk memajukan negara-negara yang miskin. Soal-soal yang berkaitan dengan perdagangan (pasar) yang adil juga mendapat sorotan yang tajam. Ensiklik ini menaruh perhatian secara khusus pada perkembangan masyarakat dunia, teristimewa negaranegara yang sedang berkembang. Diajukan pula refleksi teologis perkembangan / kemajuan yang membebaskan dari ketidakadilan dan pemiskinan. |
|||
Tema-Tema Pokok |
Perkembangan bangsa manusia zaman ini; kesulitan-kesulitan yang dihadapi; kerjasama antarbangsa-bangsa; dukungan organisasi internasional, seperti badan-badan dunia yang mengurus bantuan keuangan dan pangan; kemajuan diperlukan bagi perdamaian. |
|||
Konteks Zaman |
Tahun enampuluhan memang tahun perkembangan bangsa-bangsa; banyak negara baru bermunculan di Afrika; tetapi juga sekaligus perang ideologis dan antarkepentingan kelompok manusia luar biasa ramainya; pada saat yang sama terjadi ancaman proses marginalisasi (pemiskinan); terjadi perang di Vietnam yang sangat brutal; di Indonesia sendiri terjadi perang ideologis (Marxis-komunis dan militer). |
|||
Octogesima Adveniens (tahun kedelapan puluh) Surat Apostolik Paus Paulus VI |
||||
Tahun |
1971- |
|||
|
Arti “Octogesima” adalah tahun yang ke-80; maksudnya: surat apostolik ini dimaksudkan untuk manandai usia Rerum Novarum |
|||
|
|
yang ke-80 tahun. Paulus VI menyerukan kepada segenap anggota Gereja dan bangsa manusia untuk bertindak memerangi kemiskinan. Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah satu sebab lahirnya “kemiskinan baru”, seperti orang tua, cacat, kelompok masyarakat yang tinggal di pinggiran kota, dst. Diajukan ke permukaan pula masalah-masalah diskriminasi warna kulit, asal-usul, budaya, sex, agama. Gereja mendorong umatnya untuk bertindak secara aktif dalam masalah-masalah politik dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai/semangat injili. Memperjuangkan keadilan sosial. |
||
|
Tema-Tema Pokok |
Soal kepastian dan ketidakpastian fenomen kemajuan bangsa manusia zaman ini berkaitan dengan keadilan; urbanisasi dan konsekuensi-konsekuensinya; soal diskriminasi; hak-hak manusiawi; kehidupan politik, ideologi; menyimak sekali lagi daya tarik sosialisme; soal kapitalisme; panggilan kristiani untuk bertindak memberi kesaksian hidup dan partisipasi aktif dalam hidup politik. |
||
|
Konteks Zaman |
Dunia mengalami resesi ekonomi dengan korban mereka yang miskin; di Amerika aksi Martin Luther King untuk perjuangan hak-hak asasi marak dan menjadi perhatian dunia; protes melawan perang Vietnam. |
||
Convenientes Ex Universo(Berhimpun dari Seluruh Dunia) atau lebih dikenal: Justicia In Mundo (Justice In The World) Sinode para Uskup sedunia |
|
Tahun |
1971- |
|
Dunia sedang berhadapan dengan problem keadilan. Untuk pertama kalinya (boleh disebut demikian) sinode para uskup menaruh perhatian pada soal-soal yang berkaitan dengan keadilan. Para Uskup berhimpun dan bersidang serta menelorkan keprihatinan tentang keadilan dalam tata dunia. Misi Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan perjuangan keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya Kerajaan Allah mencakup pula datangnya keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh seruan keadilan dari Gereja-Gereja di Afrika, Asia, dan Latin Amerika. Secara khusus pengaruh pembahasan tema “Liberation” oleh para uskup Amerika Latin di Medellin (Kolumbia). Keadilan merupakan dimensi konstitutif pewartaan Injil. |
Tema-Tema Pokok |
Misi Gereja dan keadilan merupakan dua elemen yang tidak bisa dipisahkan; soal-soal yang berhubungan dengan keadilan dan perdamaian: hak asasi manusia; keadilan dalam Gereja; keadilan dan liturgi; kehadiran Gereja di tengah kaum miskin. Terminologi kunci yang dibicarakan adalah “oppression” dan “liberation”. |
|||
Konteks Zaman |
Konteks peristiwa dunia masih berada pada dokumen di atasnya. Dunia sangat haus akan keadilan dan perdamaian. Pengaruh dari Pertemuan Medellin (di Kolumbia) tahun 1968 sangat besar. |
|||
Evangelii Nuntiandi (Evangelisasi di dunia modern) Anjuran Apostolik Paus Paulus VI |
||||
Tahun |
1975- |
|||
|
Arah dasarnya: agar Gereja dalam pewartaannya dapat menyentuh manusia pada abad ke duapuluh. Ada tiga pertanyaan dasar: (1) Sabda Tuhan itu berdaya, menyentuh hati manusia, tetapi mengapa Gereja dewasa ini menjumpai hidup manusia yang tidak disentuh oleh Sabda Tuhan (melalui pewartaan Gereja)? (2) Dalam arti apakah kekuatan evangelisasi sungguh-sungguh mampu mengubah manusia abad ke-20 ini? (3) Metode-metode apakah yang harus diterapkan agar kekuatan Sabda sungguh menemukan efeknya?Tuhan Yesus mewartakan keselamatan sekaligus pewartaan pembebasan. Gereja melanjutkannya. Hal baru dalam dokumen ini ialah bahwa pewartaan Kabar Gembira sekaligus harus membebaskan pula. |
|||
Tema-Tema Pokok |
EN (Evangelii Nuntiandi) mengajukan tema-tema problem kultural sekularisme ateistis, indiference, konsumerisme, diskriminasi, pengedepanan kenikmatan dalam gaya hidup, nafsu untuk mendominasi. |
|||
Konteks Zaman |
EN dimaksudkan untuk memperingati Konsili Vatikan ke-10. |
|||
|
Redemptor Hominis (Sang Penebus Manusia) Ensiklik Yohanes Paulus II (Ensikliknya yang pertama) |
|||
|
Tahun |
1979- |
||
|
|
Sebenarnya Ensiklik ini tidak dikategorikan sebagai Ensiklik Ajaran Sosial Gereja. Tetapi, lukisan tentang penebusan umat manusia oleh Yesus Kristus sebagai penebusan yang menyeluruh memungkinkan beberapa gagasan ensiklik ini bersinggungan dengan tema-tema keadilan sosial. Gagasan dasarnya: manusia ditebus oleh Kristus dalam situasi hidupnya secara konkret. Yaitu, dalam hidup situasi di dunia modern. Disinggung mengenai konsekuensi kemajuan dan segala macam akibat yang ditimbulkan. Hak-hak asasi manusia dengan sendirinya juga didiskusikan. Misi Gereja dan tujuan hidup manusia. |
||
|
Tema-Tema Pokok |
Misteri penebusan manusia di zaman modern; kemajuan dan akibat-akibatnya; misi Gereja untuk menjawab persoalan zaman ini. |
||
|
Konteks Zaman |
Merupakan Ensiklik pertama dari kepausan Bapa Suci Yohanes Paulus II. |
||
Laborem Excercens (Kerja Manusia) Ensiklik Paus Yohanes Paulus II |
|
Tahun |
1979- |
|
“Kerja” merupakan tema sentral hidup manusia. Hanya dengan kerja, harkat dan martabat manusia menemukan pencetusan keluhurannya. Manusia berhak bekerja untuk kelangsungan hidupnya, untuk membuat agar hidup keluarga bahagia dan berkecukupan. Ensiklik ini mengkritik tajam komunisme dan kapitalisme sekaligus sebagai yang memperlakukan manusia sebagai alat produktivitas. Manusia cuma sebagai instrumen penghasil kemajuan dan perkembangan. Manusia berhak kerja, sekaligus berhak upah yang adil dan wajar, sekaligus berhak untuk makin hidup secara lebih manusiawi dengan kerjanya. |
Tema-Tema Pokok |
Sebagian besar isinya ialah tentang keadilan kerja, yang sudah dikatakan dalam Rerum Novarum; memang Ensiklik ini dimaksudkan untuk memperingati 90 tahun Rerum Novarum. Kerja dan manusia; semua orang berhak atas kerja, termasuk di dalamnya yang cacat; perlunya jaminan keselamatan / kesehatan dalam kerja; manusia berhak atas pencarian kerja yang lebih baik di mana pun, juga di negeri orang. |
Konteks Zaman |
Dalam periode zaman ini dirasakan sangat besar jumlah pengangguran. Para pekerja migrant (tenaga asing) sangat mudah diperas dan mendapat perlakuan tidak adil. |
Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan Sosial) Ensiklik Paus Yohanes Paulus II |
|
Tahun |
1987- |
|
Ensiklik ini merupakan ulang tahun ke-20 dari Ensiklik Populorum Progressio. Jurang antara wilayah/negara-negara Selatan (miskin) dan Utara (kaya) luar biasa besarnya. Perkembangan dan kemajuan sering kali sekaligus pemiskinan pada wilayah lain. Persoalannya semakin rumit manakala dirasakan semakin hebatnya pertentangan ideologis antara Barat dan Timur, antara kapitalisme dan komunisme. Persaingan ini semakin memblokir kerjasama dan solidaritas kepada yang miskin. Negara-negara Barat semakin membabi buta dalam eksplorasi kemajuan. Sementara negara-negara miskin semakin terpuruk oleh kemiskinannya. Konsumerisme dan “dosa struktural” makin mendominasi hidup manusia. |
Tema-Tema Pokok |
Ensiklik ini mengajukan makna baru tentang pengertian “the structures of sin”; pemandangan secara teliti sumbangsih Ensiklik yang diperingati, Populorum Progressio; digambarkan pula panorama zaman ini dengan segala kemajuannya; tinjauan teologis masalah-masalah modern; |
Konteks Zaman |
Perang berkecamuk seputar ideologi pada zaman ini; Soviet menginvasi Afganistan dan setahun kemudian menarik diri dari Afganistan; dan berbagai ketegangan yang dimunculkan oleh persaingan ideologis yang hebat. |
Centesimus Annus (Tahun ke Seratus) Ensiklik Yohanes Paulus II |
|
Tahun |
1991- |
|
Menandai ulang tahun Rerum Novarum yang ke-100. Dokumen ini memiliki jalan pikiran yang kurang lebih sama, paradigma yang ditampilkan dalam Rerum Novarum untuk menyimak dunia saat ini. Perkembangan baru berupa jatuhnya komunisme dan sosialisme marxisme di wilayah Timur (Eropa Timur) menandai suatu periode baru yang harus disimak secara lebih teliti. Jatuhnya sosialisme marxisme tidak berarti kapitalisme dan liberalisme menemukan pembenarannya. Kesalahan fundamental dari sosialisme ialah tiadanya dasar yang lebih manusiawi atas perkembangan. Martabat dan tanggung jawab pribadi manusia |
|
seakan-akan disepelekan. Di lain pihak, kapitalisme bukanlah pilihan yang tepat. Perkembangan yang mengedepankan eksplorasi kebebasan akan memicu ketidakadilan yang sangat besar. Centesimus Annus mengurus pula soal-soal lingkungan hidup yang menjadi permasalahan menyolok pada zaman ini. |
Tema-Tema Pokok |
Skema jalan pikiran Ensiklik ini serupa dengan dokumendokumen sebelumnya: pertama-tama dibicarakan dulu mengenai Rerum Novarum yang diperingati; berikutnya dengan menyimak pola Rerum Novarum, Ensiklik Centesimus Annus membahas “hal-hal baru zaman sekarang”; diajukan pula catatan “tahun 1989” (adalah tahun jatuhnya tembok Berlin); prinsip harta benda dunia diperuntukkan bagi semua orang; negara dan kebudayaan; manusia ialah jalan bagi Gereja; soal lingkungan hidup |
Konteks Zaman |
Jatuhnya komunisme di Eropa Timur yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin; Nelson Mandela – sang figur penentang diskriminasi – bebas dari penjara (1990). Memang ada sekian “hal-hal baru” yang pantas disimak |
The Participation of Catholics in Political life– Dokumen yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman |
|
Tahun |
2002 |
|
Dokumen ini merupakan garis bawah pentingnya partisipasi umat Katolik pada kehidupan politik. Umat Katolik tidak boleh pasif. Tantangan perkembangan dan kemajuan demikian besar, umat Katolik diminta memiliki kesadaran-kesadaran tanggung jawab dan partisipasi untuk memajukan kehidupan bersama dalam soalsoal politik. Politik bukanlah lapangan kotor, melainkan lapangan kehidupan yang harus ditata dengan baik. |
Tema-Tema Pokok |
Seputar kehidupan politik dan pentingnya partisipasi umat beriman Katolik untuk peduli dengan soal-soal politik. |
Konteks Zaman |
Zaman ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia ditentukan oleh realitas tata politik; aneka persoalan kemunduran sosial seringkali ditandai dengan kebangkrutan politik dalam hidup bersama; soal-soal yang menyangkut kebebasan beragama dan kebebasan berkembang dalam budayanya juga menjadi perkara yang dominan pada periode sekarang ini. |
Caritas in Veritate (Kasih dalam Kebenaran) Paus Benediktus XVI |
|
Tahun |
2009 |
|
Caritas in Veritate (kasih dalam kebenaran). Ditulis oleh Paus Benediktus XVI dan terbit 29 Juni 2009. Ensiklik ini berbicara tentang perkembangan integral manusia dalam kasih dan kebenaran. Ajaran sosial adalah milik Gereja karena Gereja adalah subjek yang merumuskannya, menyebarluaskannya dan mengajarkannya. Ajaran sosial Gereja bukanlah sebuah hak prerogatif dari satu komponen tertentu dalam lembaga gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat; ajaran sosial. Gereja adalah bentuk ungkapan dari cara Gereja memahami masyarakat serta posisinya sendiri berkenaan dengan berbagai struktur serta perubahan sosial. Keseluruhan jemaat Gereja para Imam, Biarawan dan kaum Awam ambil bagian dalam perumusan ajaran sosial ini, masing-masing menurut tugas, karisma serta pelayanan yang berbeda-beda yang ditemukan di dalam Gereja. |
Tema-Tema Pokok |
Kasih dalam kebenaran, menjadi saksi Yesus Kristus yang wafat dan bangkit dalam kehidupan duniawi. Kasih merupakan kekuatan luar biasa yang mendorong orang untuk rendah hati dan berani terlibat memperjuangkan keadilan dan perdamaian. |
Konteks Zaman |
Ensiklik ini mendiskusikan krisis finansial global dalam konteks meluasnya relativisme. Pandangan Paus melampaui kategorikategori tradisional kekuasaan pasar sayap kanan (kapitalisme) dan kekuasaan negara sayap kiri (sosialisme). Dengan mengamati bahwa setiap keputusan ekonomi memiliki konsekuensi moral, Paus menekankan pengelolaan ekonomi yang berfokus pada martabat manusia. |
Tujuh tema kunci dari ensiklik-ensiklik tersebut:
Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Sosial Gereja di Indonesia
Bacalah Teks Berikut ini
Sulitnya “Orang Kecil”Bersekolah di Sekolah Katolik
Pak Frans, demikian nama sapaannya, berdomisili di pinggiran kota Jakarta. Dia seorang Katolik yang aktif di lingkungan atau komunitas basisnya. Pekerjaan pak Frans adalah seorang buruh pabrik dengan penghasilan paspasan, sementara isterinya adalah seorang tukang cuci pakaian alias pembantu rumah tangga di kompleks perumahan tempat mereka tinggal. Anak-anaknya ada tiga orang dan masih kecilkecil. Mereka tinggal di sebuah rumah berbentuk petak, miliknya sendiri yang dibeli dari hasil warisan orangtua pak Frans di kampung asalnya, serta uang pesangon pak Frans ketika di-PHK dari pekerjaan sebelumnya.
Meski secara ekonomi boleh dikatakan sangat terbatas, dan dapat dikategorikan dalam golongan keluarga miskin, pak Frans dan isterinya ingin menyekolahkan anakanak mereka di sekolah Katolik yang tidak seberapa jauh dari rumah mereka. Dalam benak pak Frans, anak-anak usia dini harus sekolah di sekolah Katolik yang terkenal disiplin, dan lebih dari itu anak-anak mendapat pendidikan agama yang lebih baik. Niatnya semakin kuat tatkala ia mendengar informasi dari umat seimannya bahwa anak-anak Katolik diprioritaskan di sekolah katolik itu serta mendapatkan kemudahan pembiayaan.
Waktunya pun tiba, anak pertamanya akan masuk SD, setelah belajar TK umum di samping rumahnya. Ketika ada pengumuman pendaftaran SD Katolik itu melalui mimbar gereja, pak Frans bergegas menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran. Bahkan untuk memperkuat keinginannya itu, pak Frans meminta rekomendasi dari ketua lingkungan, ketua wilayah, serta Pastor paroki bahwa ia berasal dari keluarga sederhana atau miskin. Dengan penuh harapan, pak Frans bersama sang istri serta sang buah hatinya, sebut saja Sinta namanya berangkat ke SD Katolik itu untuk melakukan pendaftaran.
Sekolah menerima pendaftaran itu dengan menyodorkan berbagai persyaratan, antara lain uang pangkal dan uang SPP bulanan yang harus dibayar. Pak Frans dan ibu Suci, demikian sapaan nama isterinya bernegosiasi dengan menunjukan surat rekomendasi dari lingkungan serta paroki. Mereka hanya meminta keringanan bukan gratis. Pihak sekolah tak bergeming, bahkan surat rekomendasi yang ada tandatangan Pastor parokinya itu tak digubris. Hal yang lebih menyakitkan adalah respon dari pihak sekolah itu, bahwa kalau tidak mampu ya...jangan sekolah di sini.
Pak Frans dan isteri serta anaknya pun kembali dengan penuh kekecewaan... Sejak saat itu, pak Frans tak pernah berpikir untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Katolik. Meski demikian ia tetap tegar untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang terjangkau biayanya, sementara untuk pendidikan agama Katolik bagi anaknya itu, ia harus mengantarnya setiap hari minggu ke gereja untuk mengikuti pelajaran bina iman anak di parokinya.
Jawablah Pertanyaan berikut ini berdasakarkan Kisah diatas
SOAL LATIHAN
Bacalah Materi tersebut secara keseluruhan dan jawablah soal-soal berikut ini
SOAL LATIHAN